Saturday 7 November 2015

0

Model pembelajaran Talking Stick

MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK
A.    Defenisi Model Pembelajaran Talking Stick
Model pembelajaran Talking Stick berkembang dari penelitian belajar kooperatif oleh Slavin Pada tahun 1995. Model ini merupakan suatu cara yang efektif untuk melaksanakan pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut mandiri sehingga tidak bergantung pada siswa yang lainnya. Sehingga siswa harus mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan siswa juga harus percaya diri dan yakin dalam menyelesaikan masalah.
Model pembelajaran Talking Stik adalah suatu model pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Dalam penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stik ini, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 orang yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan atau minat, yang dalam topik selanjutnya menyiapkan dan mempersentasekan laporannya kepada seluruh kelas.
Model pembelajaran talking stick merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif, guru memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain dengan cara mengoptimalisasikan partisipasi siswa (Lie, 2002:56). Kemudian menurut Widodo (2009) mengemukakan bahwa talking stick merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran. Siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus menjawabnya. Kemudian secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa lainnya secara bergiliran. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan pertanyaan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran talking stick merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran dengan memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain sehingga mengoptimalisasikan partisipasi siswa.
B.     Langkah-Langkah Model Pembelajan Talking Stick
1.      Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm
2.      Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari dan memberi kesempatan pada kelompok membaca dan mempelajari materi pelajaran.
3.      Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat dalam wacana.
4.      Setelah siswa membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan siswa untuk menutup isi bacaan.
5.      Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian sampai sebagian siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru,
6.      Guru memberikan kesimpulan.
7.      Guru memberikan evaluasi/penilaian.
8.      Guru menutup pembelajaran.
C.    Manfaat Model Pembelajan Talking Stick
1.      Siswa dilatih untuk belajar sendiri dan menjadikan siswa lebih giat belajar serta senang dalam mengikuti proses pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif.
2.      Siswa yang memegang tongkat harus menjawab salah satu pertanyaan yang ada di dalam tongkat, hal ini menjadikan siswa terbiasa menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapatnya, sehingga keaktifan siswa dalam kelas menjadi merata dan tidak hanya dimonopoli oleh siswa-siswa yang pintar.
3.      Siswa bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan yang menjadikan siswa aktif selama proses pembelajaran.



D.    Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Talking Stick
*      Kelebihan  Model Pembelajaran Talking Stick
1.      Siswa terlibat langsung dalam kegiatan belajar
2.      Terdapat interaksi antara guru dan siswa
3.      Siswa menjadi lebih mandiri
4.      Kegiatan belajar lebih menyenangkan
*      Kekurangan Model Pembelajaran Talking Stick
1.      Materi yang diserap kurang.
2.      Siswa yang pandai lebih mudah menerima materi sedangkan siswa yang kurang pandai kesulitan menerima materi
3.      Guru kesulitan melakukan pengawasan


0 comments:

Post a Comment